Blog ini berisi beragam karya dari ^Intan^. Lebih dan kekurangan dari isi.. harap maklum yah.. Mari Berbagi Ilmu..berbagi pengalaman.. dan berbagi kebahagian..
Senin, 18 Mei 2015
Kepercayaan Pada Hal-hal Mistis diKalangan Masyarakat Madura
**Maaf nih .... tata letaknya amburadul... huaaaa.......huuaaa..**
Take Home Exam Psychology Communication
Kepercayaan Pada Hal-hal Mistis diKalangan Masyarakat Madura
Di susun oleh : Intan Shurullah Nurlayli
NIM : 140531100068
Prodi : Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
April 2015
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Menurut asal kata, mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (gehemzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in hetduister gehuld). Mistik sebagai paham mistik atau mistisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap, atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutya. (http://id.wikipedia.org/wiki/mistisisme)
Di dalam masyarakat Madura masih banyak ditemukan masyarakat yang memepercayai atau bahkan bergantung pada hal-hal yang berbau mistik. Umumnya hal itu dilakukan oleh masyarakat yang berada di pelosok. Ada berbagai macam hal mistik yang dipercayai oleh masyarakat Madura seperti menaruh atau menabur bunga di persimpangan jalan, membakar kemenyan atau dupa, dan yang lebih ekstrim adalah dukun santet.
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahan dengan mempersempit masalah dimana hal yang diteliti adalah mistik yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat yaitu menabur bunga di perimpangan jalan, memberikan sesajen ditempat-tempat tertentu.
Sebab seseorang menganut paham mistik adalah karena 1) kurang puas yang berlebihan, 2) rasa kecewa yang berlebihan. Mistis berkaitan dengan mitos, dimana dalam masyarakat Madura terdapat banyak mitos seperti tolak bala, upacara petik laut, dan lain sebagainya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menarik rumusan masalah :
1. Motif apa yang melatarbelakangi masyarakat Madura masih mempercayai hal-hal mistis ?
2. Bagaimana dampak hal tersebut terhadap pola pikir masyarakat Madura ?
B. Tinjauan Pustaka
1. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh : pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru. Keprcayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar.
(id.m.wikipedia.org/wiki/Kepercayaan_dan_keyakinan)
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993-dalam zaysscremeemo.blogspot.com)
Menurut Rousseau et al (1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain. (zaysscremeemo.blogspot.com)
2. Mistis
Menurut asal kata, mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld). Sebab orang menganut paham mistik adalah:
1. Kurang puas yang berlebihan, bagi orang-orang yang hidup beragama secara bersungguh-sungguh merasa kurang puas dengan hidup menghamba kepada tuhan menurut ajaran agamanya yang ada saja.
2. Rasa kecewa yang berlebihan, orang yang hidupnya kurang bersungguh-sungguh dalam beragama atai orang yang tidak beragama merasa kecewa sekali melihat hasil usaha umat manusia dibidang science dan tekhnologi yang semula diandalkan dan digunakan ternayata tidak dapat mendatangkan ketertiban, ketentraman dan kebahagiaan hidup. Malah mendatangkan hal-hal yang sebaliknya. Mereka ‘lari’ dari kehidupan modern menuju ke kehidupan yang serba subyektif, abstrak dan spekulatif sesuai dengan kedudukan sosialnya. Diantara mereka masih ada yang berusaha merasionalkan ajaran paham mistik yang dianutnya, dan ada pula yang tegas-tegas lepas sama sekali dari tuntutan kemajuan zaman ini. (http://id.wikipedia.org/wiki/mistisisme)
3. Masyarakat
Masyarakat (seagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk seuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih anstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubunga antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interpenden (saling tergantung sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial megidektifikasikan ada : masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya; bedasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yag berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implist, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama. (http://id.wikipwdia.org/wiki/masyarakat)
Arti kata masyarakat dalam Kamus Besar Bahasa indonesia adalah sejumlah manusia di arti seluas-luasnya dan terikat kebudayaan yang mereka anggap sama.
4. Madura
Madura adalah nama pulau yang terletak disebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan Sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep. Pulau Madura didiaami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan, masyarakat Madura juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja keras (abhantal omba’ asapo’ angen). Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka mempunyai sebuah falsafah : Katembheng pote mata, angok pote tolang. Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok pada sebagian masyarakat Madura. (www.wikipedia.com/pulau/madura)
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengacu pada rumusan masalah yang ada pada latar belakang yang telah disampaikan peneliti di atas adalah :
1. Untuk mengtahui motif yang melatarbelakangi masyarakat Madura masih mempercayai hal-hal mistik.
2. Untuk megetahui bagaimana dampak hal tersebut terhadap pola pikir masyarakat Madura.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
Memerikan konstribusi berupa pengetahuan baru dan referensi tentang mistik yang masih terdapat di dalam masyarakat Madura. Bermanfaat untuk penelitian selanjutnya yang mempunyai kajian sama, dan tentunya sangat bermanfaat khususnya yang ingin meneliti tentang Madura lebih mendalam.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasusmerupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, event, proses, instituso atau kelompok) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Selanjutya Creswell mengungkapkan bahwa apabila kita akan memilih suatu kasus, dapat dipilih dari beberapa program studi atau sebuah program studi dengan menggunakan beberapa sumber informasi yang meliputi : observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumnetasi dan laporan. Konteks kasus dapat “mensitusikan” kasus di dalam settingnya yang terdiri dari setting fisik maupun setting sosial, sejarah atau seting ekonomi. Sedangkan fokus di dalam suatu kasus dapat dilihat dai keunikannya , memelurkan suatu studi (studi kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu isu (isu-isu) dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut (stui kasus instrumental). Ketika suatu kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif.
Menurut Bogdan dan Taylor dalam (Moleong, 2002:3) yang dimaksud penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau jawaban dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki asuatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi alami (Creswell, 1998:15)
2. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan angket yang disebarkan di kampus Universitas Trunojoyo Madura pada prodi Ilmu Komunikasi. Dan perumahan Telang Indah Timur gang II, kos wisti II yang terdapat audiens yang berasal dari Madura.
3. Objek dan Subjek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah motif masyarakat melakukan praktik yang mistis. Subjeknya adalah audiens yang peneliti beri angket dengan cara mengambil sampel dari populasi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang dipakai dalam pengumpula data adalah :
4.1 Observasi
Adalah cara pengambilan data dengan pengamatan langsung yang dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh alat indera. Selain itu, definisi metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan indiviu-individu yang teliti (Sutopo 2008:57). Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan. Peneliti sebelumnya melakukan observasi atau pra-lapang mencari informasi dengan cara mengamati fenomena yang akan diteliti.
4.2 Teknik Sampling
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah teknik sampling purposive. Teknik ini mendasarkan pada alasan atau pertimbangan- pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Pawito, 2007:88). Kriteria-kriteria tertentu terhadap informan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah mereka informan yang berasalam dari Madura.
5. Teknik Analisis Data
Pada teknik analisa data dilakukan melalui tiga tahapan (Bungin, 2008:107):
1. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus-menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.
2. Penyajian data, yaitu penyusun informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap dengan data yang telah diseerhanakan dan menghasilkan informasi yang sistematis.
3. Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari observasi, dan sampling. Dengan adanya kesimpulan peneliti akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau maksimal.
6. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data atau pemeriksaan data ini diterapkan dalam rangka membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian dengan kenyataan di lapangan. Teknik yang digunakan dalam menguji keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan penecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzim (1978), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan, sumber, metode, penyidik, dan teori (Moloeng, 2002:178).
E. HASIL PENELITIAN
1. Motif yang melatarbelakangi masyarakat Madura dalam melakukan hal-hal yang bersifat mistis.
Nico Syukur Dister OFM memakai “motif” tersebut sebagai penyebab psikologis yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan seorang manusia” (Dister, 1994:71). Dalam pandangan Dister, setiap tingkah laku manusia merupakan buah hasil hubungan dinamika timbal balik antara tiga faktor. Katiga-tiganya memainkan peranan dalam melahirkan tindakan manusia, walaupun dalam tindakan, faktor yang satu lebih besar peranannya dibandingkan dengan faktor yang lain.
Ketiga faktor yang dimaksud oleh Dister adalah sebagai berikut (Sobur, 2002: 269-270) :
1. Dorongan Spontan Manusia
Pada setiap orang, terdapat kecenderungan yang bersifat spontan. Artinya, dorongan ini timbul dengan sendirinya dan tidak ditimbulkan manusia dengan sengaja. Dorongan semacam ini bersifat ilmiah dan bekerja otomatis. Conothnya dorongan seksual, nafsu makan, kebutuhan akan tidur. Sejauh perbuatan manusia disadarkan pada dorongan spontan itu, perbautan tersebut boleh dikatakan “mendahului pribadi manusia”. Artinya perbuatan itu belum dijiwai atau diserapi oleh inti kepribadian orang yang bersangkutan.
Hasil dari penelitian adalah mereka melakukan hal tersebut karena terdapat latarbelakang atau turun temurun yang sebelumnya juga pernah melakukan praktik tersebut. dan juga rasa keingin tahuan untuk mencoba hal mistis tersebut, sehingganya mereka melakukannya.
2. Ke-aku-an sebagai Inti Pusat Kepribadian Manusia
Suatu dorongan yang spontan “terjadi” pada diri manusia dapat ia jadikan miliknya sendiri, kalau ia menanggapi dorongan itu secara positif. Ia mengiyai, mnyetujui dorongan itu, dengan tahu dan mau, mengambil bagian dalam “kejadian” itu. Akiatnya adalah proses “terjadi” padaku kini kujadikan sendiri sehingga kini menjadi perbuatanku. Bahkan jika aku tidak giat aktif melainkan pasif, misalnya jika aku menanggung atau menderita sesuatu, tangguangan dan penderitaan itu dapat dijadikan milikku. Sendiri, sehingga menjadi betul-betul perbuatanku. Berkat ke-aku-annya manusia bersifat bebas dan sedikit banyak dapat melaksanakan atau menolak apa yang terjadi pada dirinya. Itulah sebabnya tingkah laku manusia dapat mempertahankan otonominya terhadap dorongan spontan yang merupakan asal-usul tingkah laku itu.
Motif yang melatarbelakangi mereka sehingga melakukan atau mempraktikkan hal mistis tersebut adalah karena rasa ketidak puasan dari apa yang telah mereka peroleh dan kekecawaan dari apa yang telah mereka dapatkan. Sehingga mereka memilih unutk melakukan hal tersebut. Ketidak puasan itu seperti, pada bidang ekonomi dimana kebutuhan mereka yang belum cukup untuk menghidupi keluarga, hasil dari perkerjaan yang tidak mencukupi, dan tidak adanya lahan pekerjaan untuk mereka sehingganya mereka memilih jalan pintas untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan melakukan hal-hal yang berbau mistis.
3. Situasi atau Lingkungan Hidup Manusia
Setelah faktor pertama dan kedua, ada ketiga yang harus diikutsertakan dalam menerangkan tingkah laku manusia secara psikologis, yaitu situasi atau lingkungan hidup seseorang. Tindakan dan perubahan manusia itu tidak lepas dari dunia sekitarnya. Tentu saja akulah yang melakukan perbuatan tertentu untuk melaksanakan rencanaku (=faktor keakuan), tetapi rencaa itu kuterima tidak hanya dari dorongan-doroangan spontan yang ada padaku (=faktor naluri), tetapi juga dari perangsang-perangsang yang berasal dari dunia sekitarku (=faktor lingkungan). Lagi pula, pelaksanaan tersebut berlangsung di dunia, sehingga seluruh perbuatan itu menjurus ke dunia juga. Perlu dicatat bahwa yang disebut “dunia” atau “lingkungan” ialah buah hasil dari pertukaran antara pengalaman batin manusia dan hal ikhwal di luar diri manusia.
Adapun motif untuk melakukan praktik mistis tersebut adalah dorongan dari lingkungan, budaya, kepercayaan. Dimana dari hasil peneliti yang didapatkan dari para audiens yang dieri angket mereka menjawab bahwa didalam masyarakat Madura hal-hal yang berhubungan dengan mistis masih kental, itu bisa dikarenakan adanya budaya pada zaman dahulu yang masih ada pada saat ini. Tetapi hal tersebut belum tentu terjadi pada masyarakat Madura yang bertempat tinggal di daerah perkotaan, karena masyarakat perkotaan umumnya telah mengikuti perkembangan zaman. Jadi mereka yang hidup di kota tidak mempercayai hal-hal yang berkaitan dengan mistis. Mereka menganggap semua yang dilakukan adalah rasional. Berbeda lagi dengan masyarakat yang bertempat tinggal di pelosok dalam atau pedesaan dimana kita dapat banyak melihat praktik dari mistis tersebut. hal itu bisa dikarenakan dari keprcayaan mereka bahwa hal tersebut dapat membuat mereka memiliki apa yang mereka inginkan dengan cara yang cepat. Dan mereka tidak memikirkan itu adalah rasional, mereka mengetahui bahwa hal itu irasional. Tetapi menurut mereka itu adalah kebenaran.
2. Teori Psikologi Kognitif
Dalam masyarakat tentu terdapat suatu kepercayaan yang bisa menjadi sebuah budaya bagi kalangannya, tentu dalam setiap masyarakat tersebut terdapat individu yang memiliki suatu keyakinan atau kepercayaan yang rasional atau irasional.
Teori ini menjelaskan bahwa psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemerosesan informasi. Bagaimana cara kita memperoleh informasi mengenai dunia dan bagaimana pemerosesannya, bagaimana cara informasai itu disimpan dan di proses oleh otak, bagaimana informasi itu disampaikan dengan struktur penyusunan bahasa, dan proses-proses tersebut ditampilkan dengan sebuah perilaku yang dapat diamati dan juga tidak dapat diamati. Psikologi kognitif juga mencakup keseluruhan proses psikologis dari sensasi ke persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) dan bersilangan dengan berbagai bidang prilaku. (http://m.kompasiana.com/post/read/pengertian-psikologi-kognitif-dengan-sejarahnya.html)
Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari fisika, lewin meminjam konsep medan (field) untuk menunjukkan totalitas gaya yang memengaruhi seseorang pada saat tertentu. Perilaku manusia bukan sekedar respons pada stimulus, tetapi produk berbagai gaya yang memengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang memengaruhi manusia sebagai ruang hayat (life space). Ruang hayat terdiri atas tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri. Dari Lewin terkenal rumus: B = f (P,E), artinya behavior (perilaku) adalah hasil interaksi antar person (diri orang itu) dengan environment (lingkungan psikologisnya). (Jalaluddin Rakhmat, 2012: 29)
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan manipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kepercayaan atau pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi perilaku atau tindakan mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka.
Istilah kognisi berasal dari bahasa latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisis dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan. Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk mencari pemahaman terhadap cara manusia berpikir. Karya Plato dan Aristoteles telah memuat topik tentang kognisi karena salah satu tujuan tujuan filsafat adalah memahami segala gejala alam melalui pemahaman dari manusia itu sendiri. (www.psikologiku.com/definisi-pengertian-kognisi-dalam-psikologi-menurut-para-ahli).
Dalam hal ini teori tersebut berhubungan langsung dengan apa yang ingin penulis angkat. Dimana kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal mistis merupakan keprcayaan yang irasioanal. Dimana praktik tersebut dilakukan diluar nalar manusia. Di dalam praktiknya kepercayaan tersebut tentu berlawanan dengan agama islam, yang mana masyarakat Madura di dominasi oleh masyarakat yang menganut agama islam. Tetapi hal itu dianggap hal yang biasa dn tidak besinggungan. Mereka tetap melakukannya padahal mereka mengetahui hal itu adalah keyakinan yang irasional.
3. Dampak Hal Tersebut Terhadap Pola Pikir Masyarakat Madura
Dampak hal tersebut terhadap pola pokit masyarakat Madura adalah :
Bagi masyarakat yang hidup di pedesaan atau pelosok hal itu akan tetap melekat dan tetap ada, karena hal tersebut juga berkaitan dengan lingkungan dimana dia berada. Tentu juga berhubungan dengan pola pikir dari setiap individu, dimana mereka yang telah atau pernah melakukan praktik terhadap hal-hal mistis bisa mempengaruhi pikiran dan kepercayaan dari invidu yang lain. Sehingga pikiran tersebut ikut dalam praktik tersebut dikarenakan faktor dorongan pribadi, dan faktor kebutuhan atau rasa ketidak puasan.
Tetapi hal itu tidak akan berdampak atau berpengaruh bagi masyarakat yang
bertenpat tinggal di daerah perkotaan. Karena dari segi pemikiran dan lingkungan yang sudah berbeda tentu berpengaruh juga terhadap pola pikirnya, dan perkembangan zaman yang sudah modern sehingga mereka tidak mempercayai hal-hal yang berkaitan dengan mistis. Mereka percaya pada hal yang lebih nyata realistis atau dapat dinalar (rasional). Namun, tidak menutup kemungkinan pula jika masyarakat yang berdiam di perkotaan juga melakukan praktik yang berbau mistis tersebut.
F. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kepercayaan pada hal-hal mistis tersebut masih ada dan kental dalam masyarakat Madura, khususnya masyarakat yang hidup atau bertempat tinggal di pedesaan atau pelosok. Mereka melakukan hal tersebut dikarenakan beberapa hal yaitu beberapa diantaranya adalah faktor ketidak puasan dimana mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Perasaan dendam, kecewa, takut, was-was sehingga membuat mereka melakukan hal tersebut. Faktor-faktor itulah yang mendorong mereka untuk melakukan praktik mistis.
2. Saran
Dengan masih kentalnya hal yang berbau mistis tersebut, sebaiknya kita menyaring hal-hal atau pengatahuan yang rasional atau irasional. Apalagi jika hal tersebut bertentangan dengan keprcayaan atau keyakinan agama yang kita yakini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/mistisisme-. Diakses, 10 April 2015.
id.m.wikipedia.org/wiki/Kepercayaan_dan_keyakinan. Diakses, 13 April 2015, 19:30.
Moorman, 1993-dalam zaysscremeemo.blogspot.com. Diakses, 13 April 2015, 20:05.
Rousseau et al (1998) -dalam zaysscremeemo.blogspot.com. Diakses, 13 April 2015, 20:05.
http://id.wikipedia.org/wiki/mistisisme. Diakses, 13 April 2015, 20:12
http://id.wikipwdia.org/wiki/masyarakat. Diakses, 13 Apiril 2015, 20:15
www.wikipedia.com/pulau/madura. Diakses, 13 April 2015, 20:18
Wahyuningsih, Sri. 2015. Metode Penelitian Studi Kasus (Konsep, teori Pendekatan
Psikologi Komunikasi, dan Contoh Penelitiannya). Bangkalan. UTM PRESS.
http://m.kompasiana.com/post/read/pengertian-psikologi-kognitif-dengan-sejarahnya.html. Diakses, 14 April 2015, 04:30.
Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.
www.psikologiku.com/definisi-pengertian-kognisi-dalam-psikologi-menurut-para-ahli). Diakses, 14 April 2015, 04:45.
Lampiran 1
Berilah ligkaran pada jawaban a, b , c pada pertanyaan angket di bawah ini :
Nama :
Jurusan :
Alamat :
1. Menurut pandangan anda apakah masyarakat Madura masih kental akan hal-hal mistis?
a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu
2. Apakah anda pernah melihat sendiri hal-hal yang berkaitan dengan mistis di lingkungan sekitar anda ?
a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu
3. Apakah dilingkungan sekitar anda atau dalam keluarga pernah melihat atau melakukan hal-hal yang berkaitan dengan mistis ?
a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu
4. Apakag menurut anda hal tersebut dapat dihilangkan ?
a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar