Kamis, 29 Januari 2015

Postmodernisme



POSTMODERNISME
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah UAS Filsafat)

Dosen Pengampu:
Muchtar W Oetomo, S. Sos, M.A



Di susun oleh              : Intan Shurullah Nurlayli
                                    NIM                           : 140531100068 (B)

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU BUDAYA
PRODI KOMUNIKASI
2014
A.    POSMODERNISME
Pada zaman kita hidup saat ini dikenal dengan zaman postmodern dimana
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat. Seleruh pengembangan tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kelancaran manusia dalam melakukan aktifitasya sehari-hari. Pemikiran pada perioede ini memfokuskan diri pada teori kritis yang berbasis pada kemajuan dan emansipasi. Kemajuan dan emansipasi adalah dua hal yang saling berkaitan, seperti yang dinyatakan oleh Habermas bahwa keberadaan demokrasi ditunjang oleh sains dan teknologi.
Postmodern merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Postmodern juga cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas, yaitu akumulasi pengalaman peradaban barat.
Postmodernisme bersifat relative. Kebenaran bersifat relative, kenyataan (realita) adalah relative, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan  satu sama lain.
Istilah postmodernist, pertama kali dilontarkan oleh Arnold Toynbee pada tahun 1939 lewat bukunya yang berjudul Study of History. Secara etimologis postmodern terdiri dari dua kata yaitu “post” dan “modern”. Kata post yang berarti “later of after” dan modern. Selain itu, menurut kubu postmodernisme lainnya “post” berarti melampui kematian modernism (Muzairi, 2009:148). Sedangkan secara terminologis postmodern merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya.
B.     LATAR BELAKANG LAHIRNYA POSTMODERNISME
            Pada tahun 1970-an Jean Francois Lyotard lewat karyanya The Postmodern Condition: A Report and Knowladge menolak ide dasar filsafat modern. Menurut Lyotard, aliran modernism dianggap bergantung dan terpaku pada grand narrative (cerita-cerita besar) dan kemapanan filsafat yang hanya mengandalkan akal.
            “The Grand Narrative” yang dianggap sebagai dongeng hayalan hasil karya masa Modernitas. Pada dasarnya, postmodern muncul sebagai reaksi terhadap fakta tidak pernah tercapainya impian yang dicta-citakan dalam era modern.  Era modern yang berkembang antara abad kelima belas sampai dengan delapan belas- dan mencapai puncaknya pada abad Sembilan belas dan dua puluh awal- memiliki cita-cita yang tersimpul dalam lima kata,yaitu: reason, nature, happiness, progress dan liberty. Semangat ini harus diakui telah menghasilkan kemajuan yang pedat dalam berbagai bidang kehidupan dalam waktu yang relative singkat. Nampaknya, mimpi untuk memiliki dunia yang lebih baik dengan modal pengetahuan berhasil terwujud. Namun, tidak lama,sampai kemudian ditemukan juga begitu banyak dampak negative dari ilmu pengetahuan bagi dunia.teknologi mutakhir ternyata sangat membahayakan dalam peperangan dan efek samping kimiawi justru merusak lingkungan hidup. Dengan demikian, mimpi orang-orang modernis ini tidaklah berjalan sesuai harapan. (Surya, http://suyadian.wordpress.com/2010/17/06mengenal-postmodern/).
            Rasionalitas modern gagal menjawab kebutuhan manusai secara utuh. Ilmu pengetahuan terukti tidak dapat menyelesaikan semua masalah manusia. Teknologi juga tidak memberikan waktu senggang bagi manusia untuk beristirahat dan menikmati hidup. Saai ini, teknologi telah berhasil menciptakan alat-alat yang memudahkan kerja manusia.
            Berangkat dari perbedaan mimpi kenyataan modernism inilah postmodern muncul dan berkembang. Akhirnya,pemikiran postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan sosiologi. Postmodern akhirnya menjadi kritik kebudayaan atas modernitas. Apa yang dibanggakan oelh pikiran modern, sekarang dikutuk, dan apa yang dahulu dipandang rendah, sekarang justru dihargai.
C.    TOKOH DAN AJARAN FILSAFAT POSTMODERNISME
A.    Jean Francois Lyotard (1924-1998)
Meruakan pemikir postmodern yang penting karena ia memberikan
pendasaran filsofis pada gerakan podtmodern. Penolakannya terhadap konsep Narasi Besar serta pemikirannya yang mengemukakan konsep perbedaan dan language game sebagai alternative terhadap kesatuan (unity).
B.     Jan Mukarovsky
Aliran inilah yang disebut struturalisme dinamik. Sebagai pengikut
kelompok formalis, ia memandang bahwa aspek estetis dihasilkan melalui fungsi puitika bahasa, seperti deomatisasi, membuat aneh, penyimpangan, adn pembongkaran norm-norma lainnya. Meskipun demikian, ia melangkah lebih jauh, aspek estetika melalui karya seni sebagai tanda, karya sastra sebagai fakta transindividual. Singkatnya, karya sastra harus dipahami dalam kerangka konteks sosial, aspek estetis terikat dengan entitas sosial tertentu. Peran penting Mukarovsky adalah kemampuannya untuk menunjukkan dinamika antara totalitas karya dengan totalitas pembaca sebagai penanggap. Ia membawa karya sastra sebagai dunia yang otonom tetapi selalu dalam kaitannya dengan tanggapan pembaca yang berubah-ubah. Menurutnya, sebagai struktur dinamik, karya sastra selalu baerada dalam tegangan antara penulis, pembaca, kenyataan, dan karya itu sendiri.
C.    Jacqus Derrida (1930-2004)
Jacques Derrida adalah filsuf dari post modern, dia terkenal sebagai
filsuf dekonstruksi yang menyatakan bahwa arti dari suatu bahasa tidak dapat dipastikan secara mutlak hanya dengan mengartikan sistem tanda atau sign yang digunakan, tetapi memerlukan konteks saat tanda-tanda itu digunakan. Derrida merubaha pemikiran zaman dahulu yang ridak sepakat dengan pendewaan rasio. Pemikiran Derrida yang paling berpengaruh adalah tentang dekonstruksi. Pijakan awal pemikiran Derrida adalah tentang strukturalisme bahasa dengan arti sebuah tanda atau sign dan penolakan terhadap logosentrisme. Logosentrisme merupakan suatu rasionalisme yang menjelaskan bahwa sesuatu dapat dihadirkan lewat bahasa atau teks.
D.    Roman Osipocich Jakobson
Pusat perhatiannya adalah integrasi bahasa dan sastra sesuai dengan tulisannya yang berjudul “Linguistics and Poetics”. Jakobson melukisakan antar hubungan tersebut dengan mensejajarkan enam faktor bahasa dan enam fungsi bahasa yang disebut poetic function of lenguage.
E.     Hans Robert Jauss
Tujuan pokok Jauss adalah memebongkar kecenderungan sejarah
sastra tradisional yang dianggap bersifat universal teleologis, sejarah sastra yang lebih banyak berkaitan dengan sejarah nasional, sejarah umum, dan rangkaian periode.
F.     Jurij Mikhailovich Lotman
Konsep dasar yang dikemukakan adalah peranan bahasa sebagai
sistem model pertama (ein primares modellbildendens system) (PMS) sekaligus sebagai sistem model kedua (ein sekundares modellbildendes system) (SMS), seperti sastra, film, seni, musik, agama, dan mitos.
D.    SUMBANGSIH FILSAFAT POSTMODERNISME
a.      Postmodern Dalam Bidang Agama
Sumbangsih postmodernisme bagi agama, yakni paradigma berpikir dan cara beragama yang baru, manusia mempunyai hubungan dengan realitas tertinggi yakni Allah. Sebab, modernisme melupakan sisi manusia yang lain yakni kesadaran akan kekuatan yang diluar dirinya.
b.      Postmodern Dalam Bidang Ilmu pengetahuan
Sumbangsih filsafat postmodernisme terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi di jelaskan oleh Toffler yang manggambarkan peradaban pasca-modern itu sebagai  datangnya industri-industri baru yang didasarkan pada komputer, elektronik, informasi, bioteknologi.
c.       Postmodern Dalam Bidang Seni
Sebaliknya seni postmodern berangkat dengan kesadaran adanya hubungan erat antara miliknya dan milik orang lain. Karena itulah, seni postmodern menganut keanekaragaman gaya atau "multivalence". Kalau modern menyukai "murni." maka postmodern menyukai "tidak murni."
Pada dasarnya seni postmodern tidak eksklusif dan sempit tetapi
berbauran (sintetis). Karya seni tersebut dengan bebas memasukkan berbagai macam kondisi, pengalaman, dan pengetahuan jauh melampaui obyek yang ada. Banyak seniman postmodern menggabungkan keanekaragaman dengan teknik pencampuradukan.
d.      Postmodern Dalam Bidang Teater
Teater adalah wujud penolakan postmodern terhadap modern yang paling jelas. Etos postmodern menyukai tragedi, dan tragedi selalu ada dalam setiap karya seni. Kaum postmodern melihat hidup ini seperti sebuah kumpulan cerita sandiwara yang terpotong-potong. Maka teater adalah sarana terbaik untuk menggambarkan tragedi dan pertunjukan.
Teater postmodern menampilkan usulan-usulan para ahli di atas.
Mereka membuat berbagai elemen dalam teater, seperti suara, cahaya, musik, bahasa, latar-belakang, dan gerakan saling berbenturan. Dengan demikian, teater postmodern sedang menggunakan teori tertentu yang disebut dengan estetika ketiadaan (berbeda dengan estetika kehadiran).
e.       Postmodern Dalam Bidang Tulisan-Tulisan Fiksi
Tulisan fiksi postmodern menggunakan teknik pencampuradukan. Beberapa penulis mengambil elemen-elemen tradisional dan mencampurkannya secara berantakan untuk menyampaikan suatu ironi mengenai topik-topik yang biasa dibahas. Bahkan beberapa penulis lainnnya mencampurkan kejadian nyata dan khayalan. Beberapa penulis postmodern memusatkan perhatian kepada tokoh-tokoh khayalan dengan segala perilakunya. Beberapa penulis postmodern mencampuradukkan yang nyata dan yang khayal dengan menyisipkan diri mereka ke dalam cerita itu.
f.       Postmodernisme Dalam Bidang Pendidikan
Ruang pendidikan tidak lagi harus berada pada ruang-ruang sempit, yang bernama sekolah, melainkan juga harus dimainkan oleh masyarakat, entah itu melalui pendidikan alternatif maupun melalui pendidikan luar sekolah.
Postmodernisme yang mengusung tema pluralitas, heterogenitas serta deferensiasi adalah bukti betapa pendidikan harus disebarkan melalui kerja-kerja yang tidak harus dibebankan pada sekolah.

ü  Ketika postmodern mulai memasuki ranah filsafat , post dalam postmodern tidak dimaksudkan sebagai sebuah periode atau waktu, tetapi lebih merupakan sebuah konsep yang hendak melampaui segala hal modern. Konsep postmodernitas yang sering disingkat sebagai postmodern ini sebagai postmodern ini sebagai kritik atas realitas postmodernitas yang dianggap telah gagal dan melankutkan proyek pencerahannya.
ü  Nafas utama dari postmodern adalah penolakan atas narasi-narasi yang muncul pada dunia modern dengan ketunggalan terhadap pengagungan akal budi dan mulai memberi tempat bagi narasi-narasi kecil, lokal, dan beranekaragam untuk bersuara dan menampakkan dirinya.
ü  Narasi besar yaitu rasional para pemikir. Contoh dari “Grand Narative” dalam dunia pendidikan adalah menciptakan IPK, sehingga akhirnya terjebak sendiri oleh pemikiran mereka. Contoh lain yaitu kekayaan dengan pemikiran atau rasio dengan banyak uang kita akan kaya, dengan kaya dan banyak uang kita akan mempunyai segalanya dan kita akan mendapatkan kebahagiaan, padahal pada akhirnya kita akan terjebak sendiri oleh pemikiran kita, dimana kekayaan belum tentu membuat diri bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar